Sabtu, 23 November 2019

ANTIHISTAMIN

1. HISTAMIN
            1.1 Definisi
            Histamin adalah suatu senyawa yang secara normal sudah terdapat didalam jaringan tubuh misalnya pada sel mast dan sel basofil. Histamin memiliki peranan penting terhadap berbagai proses fisiologis tubuh. Didalam tubuh, histamin bersumber dari senyawa histidin yang mengalami reaksi kimia berupa dekarboksilasi sehingga menjadi senya histamin.

            Histamin merupakan suatu mediator berupa senyawa kimia yang dikeluarkan oleh tubuh ketika mengalami fenomena alergi. Penderita yang mudah terkena alergi yaitu sensitif terhadap histamin disebabkan oleh enzim di dalam tubuh yang dapat merusak histamin jumlahnya rendah dibawah dari jumlah normal, enzim tersebut misalnya histaminase dan diamino oksidase.
            1.2 Mekanisme kerja Histamin
            Histamin akan berinteraksi dengan reseptor histaminergik yaitu terdiri dari reseptor H1, H2, dan H3 yang mana interaksi dengan ketiga resptor tersebut menimbulka efek yang berbeda-beda. Interaksi yang terjadi antara histamin dengan reseptor H1 menyebabkan kontraksi pada otot polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskular dan dapat meningkatkan sekresi mukus. Kemudian interaksi dengan reseptor H2 menyebabkan meningkatnya sekresi asam lambung dan dapat menyebabkan tukak lambung. Sedangkan reseptor H3 merupakan reseptor histamin yang baru ditemukan pada tahun 1987 oleh Arrang dkk, terletak pada bagian ujung saraf jaringan otak dan jaringan perifer, yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan peradangan. Efek tersebut diblok oleh antagonis-H3.

2. ANTIHISTAMIN
            Antihistamin adalah obat yang berkhasiat dalam mengurangi atau menghilangkan kerja dari histamin didalam tubuh melalui mekanisme kerja penghambatan bersaing pada sisi aktif reseptor baik H1, H2 dan H3. Jadi antihistamin pada umumnya tidak dapat menekan ataupun mencegah produksi histamin.
            2.1 Antagonis H1 (Antihistamin klasik)

            Mekanisme Kerja : Senyawa ini dapat berfungsi sebagai antihistamin apabila dalam kadar rendah yang bekerja dengan cara menghambat kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Antagonis-H1 terbagi menjadi 6 kelompok yang dibedakan berdasarkan strukur kimianya, yaitu :
a. Turunan Eter Aminoalkil
    Struktur Umum : Ar-(Ar-CH2)CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
    Contoh : difenhidramin HCl, dimenhidrinat, karbinoksamin maleat, klorfenoksamin HCl, klemastin fumarat dan pipirinhidrinat.
b. Turunan Etilendiamin
    Struktur Umum : Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
    Contoh : tripelenamin HCl, antazolin HCl, mebhidrolin nafadisilat dan bamipin HCl (Soventol).
c. Turunan Alkilamin
    Struktur Umum : Ar(Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
    Contoh : feniramin maleat, klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat, bromfeniramin maleat dan triprolidin HCl.
d. Turunan Piperazin
 Struktur Umum :      
Contoh : buklizin, siklizin, sinarizin, setirizin, hidroksizin HCl, homoklorsiklizin dan oksatomid.
e. Turunan Fenotiazin
    Contoh : mekuitazin, prometazin HCl, metdilazin HCl, oksomemazin, trimeprazin dan pizotifen hidrogen fumarat.
f. Turunan Lain-lain
   Azatadin maleat (Zadine) dan Siproheptadin (Periactin, Ennamax, Heptasan, Pronicy, Prohessen).
g. Antagonis-H1 Generasi Kedua
   Contoh : Akrivastin, Terfenadin, Loratadin, Setirizin dan Astemizol.

            2.2 Antagonis-H2
            Mekanisme Kerja : Antagonis H2 bekerja dengan cara menghambat kerja histamin yang mempengaruhi pada sekresi asam lambung (efikasi intrinsik) serta menghambat kerja proses potensiasi histamin pada sekresi asam oleh rangsangan gastrin atau asetilkolin.
Contoh dari Antagonis H2 : Ranitidin, simetidin, roksatidin, famotidin, tiotidin, etinidin, nizatidin dan lamtidin.

            2.3 Antagonis H3
            Antagonis H3 memiliki cara kerja yang berbeda dengan antagonis H1 yaitu menimbulkan  efek stimulant dan nootropic serta sedang dalam tahap penelitian sebagai obat alzheimer. Antagonis H3 terdapat pada area sistem saraf, yang menstimulasi dalam mengatur produksi dan pelepasn histamin pada susunan sistem saraf pusat.

Daftar Pustaka : Siswandono. 2016. Kimia Medisinal Edisi Kedua. Airlangga University Press, Surabaya.


Permasalahan :

1. Bagaimana mekanisme kerja berdasarkan struktur kimia antagonis H1 untuk mencapai aktivitas yang optimal pada pengobatan alergi ?
2.Bagaimana jika pasien penderita gagal jantung mengkonsumsi obat antihistamin, apabila terjadi reaksi bagaimana interaksi antar obat antihistamin dengan obat gagal jantung tersebut terjadi?
3. Bagaimana kontraindikasi pada obat-obat antihistamin?

6 komentar:

  1. Saya akan mencoba Padamenjawab pertanyaan nomor 2. Menurut literatur yang saya baca pasien gagal jantung dengan pengonsumsian obat-obatan gagal jantung golongan Beta bloker jika bersamaan mengkonsumsi obat antihistamin maka interaksi yang terjadi adalah : meningkatkan risiko aritmia ventrikular jika mizolastin diberikan besama sotalol.
    Semoga membantu ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih saudari Erin Azkianti, jawaban saudari sangat membantu.

      Dari jawaban tersebut berarti dapat kita simpulkan sebaiknya hindari penggunaan obat-obat tersebut secara bersamaan ya, guna menghindari terjadinya efek-efek lain yang tidak diharapkan yang justru akan memperparah kondisi fisiologis pasien.

      Hapus
  2. Saya ingin mencoba menjawab permasalah pada no 3.
    Menurut literatur yang saya dapat bahwa kontra indikasi dari obat antihistamin yaitu terdiri dari
    -Ibu hamil, ibu menyusui, atau wanita yang sedang merencanakan kehamilan, perlu menyesuaikan jenis dan dosis antihistamin menurut anjuran dokter.
    -Hati-hati jika ingin memberikan antihistamin pada anak-anak. Penggunaan tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
    -Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika menderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
    -Jika diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
    -Beri tahu dokter jika sedang menggunakan antihistamin bersama dengan obat-obatan lainnya, termasuk produk herba, karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan.
    -Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas jawabannya saudari nurul miptakul, semoga informasi yang disampaikan dapat menambah pengetahuan kita semua para pembaca blog ini.


      Sedikit tambahan tentang definisi dari kata "kontraIndikasi". Jadi kontra indikasi adalah hal-hal yang oerlu dihindari dalam penggunaan obat, biasanya jika digunakan dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Maka dari itu sangat penting petunjuk peringatan ataupun kontraindikasi obat ini tertulis pada kemasan obat maupun brosur obat.

      Hapus
  3. Secara umum untuk mencapai aktivitas optimal, atom N pada ujung adalah amin tersier yang pada pH fisiologis bermuatan positif sehingga dapat mengikat reseptor H1 melalui ikatan ion. N-dimetil mempunyai aktivitas yang tinggi dan perlamaan atom C akan menurunkan aktivitas. Kadang-kadang atom N diujung merupakab bagian dari struktur heterosiklik, misalnya ada antazolin dan klorsiklizin dan senyawa masih menunjukkan aktivitas antihistamin yang tinggi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kak Nurul zhikra atas jawabannya, semoga dapat menambah pengetahuan para pembaca blog ini.


      Dari jawaban tersebut. Sedikit tambahan dari saya berdasarkan literatur buku kimia medisinal yang saya baca, untuk aktivitas optimal antihistamin pada antagonis H1, Yaitu terdapat ada rantai alkil antara atom X dan N bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatik dan N alifatik = 5-6 A°

      Hapus